日本での幸せライフレシピ
Tradisi Melihat Bulan Pada Musim Gugur
(秋に行われる月見の文化)
Pada musim gugur, selain ditandai dengan udaranya yang mulai sejuk, daun pepohonan maple pun mulai berubah warna. Ditambah lagi, ada satu perayaan yang terbilang romantis, dengan pemandangan daun pohon maple yang berwarna kuning dan merah menambah suasana perayaan musim gugur itu menjadi indah untuk dinikmati. Perayaan itu adalah Tsukimi atau Otsukimi yang berarti melihat bulan.
Istilah Lain Dari Tsukimi
Tsukimi atau lebih tepatnya menikmati keindahan bulan dilakukan untuk menghormati bulan di musim gugur. Perayaan ini juga dikenal dengan istilah Juugoya (十五夜), karena selalu diadakan pada hari ke-15 bulan delapan pada kalender tradisional Jepang. Jika dilihat berdasarkan kalender matahari modern, perayaan Tsukimi jatuh pada bulan September atau Oktober. Tradisi ini sudah ada sejak zaman Heian dan populer hingga zaman modern sekarang ini. Orang Jepang akan merayakannya selama beberapa malam setelah bulan purnama muncul. Tak heran jika festival ini juga memiliki nama lain yaitu Chuusuu No Meigetsu (中秋の名月) atau Festival Pertengahan Musim Gugur.
Makna Perayaan Tsukimi
Tidak hanya sekedar untuk melihat bulan biasa, selain untuk menghormati bulan musim gugur, kebiasaan ini juga dimaknai sebagai upaya untuk bersyukur atas keindahan alam yang diberikan oleh Dewa. Pada perayaan festival Tsukimi, terdapat ciri khas yang akan ditampilkan yaitu dekorasi yang terbuat dari rumput pampas Jepang (susuki), hiasan miniatur kelinci dan makanan kue beras (mochi).
Legenda Tsukimi
Orang Jepang percaya akan legenda dua ekor kelinci yang sedang membuat kue mochi di bulan. Konon pada zaman dahulu ada seorang kakek tua yang sedang kelaparan yang kemudian bertemu dengan seekor rubah, kera, dan kelinci. Lalu sang kakek tua ini mengatakan kepada ketiga hewan tersebut bahwa ia sangat lapar. Karena tidak tega, ketiga hewan tersebut segera mencarikan makanan untuknya. Tak lama kemudian, rubah membawa ikan dari sungai, kera mendapat buah dan sayuran, namun kelinci datang dengan tangan kosong alias tidak berhasil mendapatkan makanan. Saat kelinci sedang memikirkan sesuatu yang akan dia berikan kepada kakek tua, akhirnya kelinci memutuskan untuk mengorbankan dirinya sebagai makanan untuk kakek tua tersebut. Kelinci lalu melompat ke bara api dan hangus terbakar.
Meihat pengorbanan kelinci, kakek tua itu sangat tersentuh. Ternyata kakek tua itu adalah penjelmaan dari Dewa Bulan. Dewa bulan lalu menghidupkan kelinci yang telah mati lalu diajak untuk tinggal di bulan.
Makanan Khas Saat Perayaan Tsukimi
Biasanya pada setiap perayaan terdapat hidangan tertentu yang akan disajikan, begitu pula saat perayaan Tsukimi. Pada saat perayaan Tsukimi, orang Jepang akan menyiapkan meja atau altar yang dihiasi dengan rumput Jepang yang nantinya digunakan untuk menyajikan beberapa hidangan. Lalu apa saja hidangannya khasnya?
Ada Tsukimi Dango yang merupakan kue berbentuk bulat mirip seperti bulan purnama. Lalu ada Satoimo yaitu olahan umbi yang direbus. Kemudian ada Kastanye atau buah Kuri yang diolah menjadi Kastanye bakar atau manisan. Dan ada juga Tsukimi Udon, yakni udon yang disajikan dengan topping serpihan nori dan telur mentah di atasnya yang mirip dengan bulan purnama.
Ada juga Temakizushi. Temakizushi merupakan sushi yang dibuat tanpa menggunakan cetakan. Nori dibentuk kerucut lalu diisi nasi beserta isian yang diinginkan kemudian ditambahkan telur puyuh di atasnya.
Dan yang terakhir ada Tsukimi Burger. Pada saat perayaan Tsukimi, banyak restoran cepat saji yang menyajikan menu burger ini yakni burger yang ditambahkan telur mata sapi pada bagian tengahnya.