日本での幸せライフレシピ
Sotsugyou Shiki
(卒業式)
Biasanya, musim semi di Jepang identik dengan tahun ajaran baru atau berkaitan dengan sesuatu yang baru. Padahal di musim inilah sebenarnya waktu perpisahan atau kelulusan bagi para siswa tingkat akhir. Awal musim semi di Jepang adalah momen dilaksanakannya upacara kelulusan bagi siswa-siswi yang telah menyelesaikan pendidikannya di sekolah. Sotsugyou shiki (卒業式) atau upacara kelulusan di Jepang umumnya dilaksanakan di bulan Maret minggu ketiga. Berbeda dengan Indonesia yang tahun ajarannya di mulai sekitar bulan Juli. Dalam upacara kelulusan di Jepang, selain para siswa yang lulus, orang tua siswa dan juga adik-adik angkatan boleh turut hadir menyaksikan. Namun tidak sedikit orang tua yang memilih untuk tidak datang karena menganggap upacara kelulusan adalah perayaan terakhir bagi anak-anak mereka bersama teman dan guru di sekolah.
Adapun hal yang cukup unik mengenai upacara kelulusan di Jepang yakni tidak memakai toga seperti di Indonesia atau negara-negara lainnya. Universitas atau sekolah di Jepang sendiri tidak mewajibkan pakaian khusus untuk upacara kelulusan mereka. Mahasiswa dan mahasiswi yang lulus dibolehkan memakai apapun yang penting rapi dan sopan seperti setelan jas atau blazer. Tidak sedikit juga mahasiswi yang memakai pakaian tradisional Jepang yaitu hakama untuk menghadiri kelulusan mereka. Corak hakama yang beraneka rupa dan warna menambah kemeriahan dam keindahan di hari penting mereka ini. Sedangkan untuk siswa-siswi SMP dan SMA akan mengenakan seragam sekolah yang biasanya dikenakan di musim semi. Di kalangan para pelajar ini juga ada budaya unik yang dilakukan di setiap upacara kelulusan, yaitu siswa memberikan kancing baju untuk siswi yang mereka sukai. Jika siswa memakai gakuran, seragam bergaya angkatan laut Eropa, mereka memberikan kancing kedua dari atas sebagai simbol orang terpenting dalam hidup. Jika siswa memakai seragam blazer biasa, mereka memberikan kancing blazer di bagian pergelangan tangan sebagai simbol akan selalu bersama selamanya. Sebaliknya, para siswi juga bisa meminta kancing kepada siswa yang mereka sukai. Jadi upacara kelulusan ini menjadi kesempatan terakhir para siswa untuk menyatakan perasaan mereka masing-masing karena belum tentu setelah ini bisa bersekolah di tempat yang sama.
Untuk upacara kelulusan di Jepang biasanya semua siswa akan berkumpul di aula besar untuk mengikuti prosesi seperti kata sambutan dari petinggi sekolah, penghargaan bagi siswa-siswi berprestasi, serta penyerahan sertifikat kelulusan kepada seluruh siswa. Setiap kali nama mereka dipanggil oleh kepala sekolah atau rektor, mereka akan naik ke podium dan membungkuk sebagai tanda hormat dan menerima sertifikat dengan kedua tangan. Setelah itu mereka akan membungkuk lalu kembali ke tempat duduk. Dalam upacara kelulusan, para siswa juga bernyanyi bersama lagu-lagu bertema perpisahan yang biasanya diiringi oleh anggota klub musik sekolah.
Setelah upacara kelulusan berakhir ada juga tradisi-tradisi unik di berbagai wilayah Jepang yang menyertainya. Bila di Indonesia upacara kelulusan identik dengan mencorat-coret baju seragam, di Okinawa ada tradisi melempar tepung ke arah siswa yang lulus. Sedangkan salah satu sekolah di Gifu ada bentuk perayaan yang disebut Hakusen-nagashi dimana siswa yang masih bersekolah dan siswa yang telah lulus berdiri berjajar mengapit sungai Daihachiga yang ada di depan sekolah. Sambil menyanyikan lagu perpisahan, para siswa yang telah lulus saling mengikatkan tali putih yang ada di topi dan dasi di seragam sailor mereka, kemudian menghanyutkannya ke sungai. Agar tidak mengotori sungai, para siswa yang masih bersekolah sudah siap untuk mengangkat tali panjang tersebut dari seberang sungai. Sudah hampir setengah abad sekolah ini telah melakukan tradisi ini di saat kelulusan. Ada pula kebiasaan di daerah Akita yang merayakan kelulusan dengan menyanyikan lagu Ooi Naru Akita (Jayalah Akita) oleh seluruh siswa sekolah yang lulus saat itu. Tentunya masih banyak lagi tradisi di wilayah lainnya yang menarik untuk kamu ketahui.